PHOA KENG HEK, 潘景赫 (1857-1937)
Phoa lahir di Buitenzorg (sekarang Bogor), Hindia Belanda (sekarang Indonesia), pada tahun 1857 dari ayah Tionghoa berpengaruh bernama Phoa Tjeng Tjoan Kapitein der Cineezen Buitenzorg 1866-1878 . Pendidikan formal pertama Phoa adalah di sekolah yang dijalankan etnis Tionghoa, tetapi setelah Sierk Coolsma membuka sekolah misionaris di Bogor pada 31 Mei 1869, Phoa masuk kelas pertama dari sepuluh kelas. Di antara teman-temannya adalah Lie Kim Hok yang kelak dikenal sebagai penulis. Di sekolah ini, Phoa juga belajar bahasa Belanda. Meski sekolah ini bertujuan membuat orang-orang memeluk Kristen, Phoa bertahan menganut Konfusianisme.
Setelah lulus, Phoa menikahi putri seorang letnan Cina di Batavia (sekarang Jakarta), ibukota Hindia Belanda, dan ia pindah ke sana bersama istrinya. Keduanya dikaruniai seorang putri, Tji Nio, yang kelak menikah dengan Khouw Kim An, mayor Cina terakhir Batavia. Phoa terkenal sangat blak-blakan dan segera dipandang sebagai pemimpin etnis Tionghoa di Batavia. Karena menguasai bahasa Belanda yang dipakai pasukan kolonial, Phoa dapat mudah berinteraksi di luar komunitas Tionghoa dan kaum Bumiputera.
Pada tahun 1900, Phoa, bersama teman lamanya Lie, menjadi anggota pendiri sistem sekolah dan organisasi Tiong Hoa Hwe Koan (THHK). Sekolah-sekolah yang dikelola THHK mewakili sistem pendidikan modern pertama di Hindia Belanda. Ia menjabat sebagai presiden THHK selama 23 tahun sebelum pensiun, mempromosikan hak-hak etnis Tionghoa dan pemakaian bahasa Cina dan Inggris di kalangan masyarakat Tionghoa.
Tahun 1907, Phoa–dengan pseudonim "Hoa Djien" ("Seorang Cina")–mengirim serangkaian surat kepada editor harian Perniagaan yang isinya mengkritisi pemerintah kolonial Belanda dan kebijakan-kebijakannya terhadap etnis Tionghoa. Ia menulis bahwa Hindia Belanda menawarkan sedikit kesempatan bagi etnis Tionghoa yang harus menjelajahi dunia. Ia menulis, "Jika mereka melek bahasa Cina dan Inggris, mereka bisa pergi selama dua atau tiga hari (Jawa-Singapura) ke dunia yang lebih luas tempat mereka bisa bergerak bebas."
Di luar THHK, Phoa adalah tuan tanah yang aktif. Ia membeli tanah di Bekasi, sebelah tenggara Batavia, dan pada tahun 1903 berhasil melarang perjudian di daerah itu. Seperti ayahnya, Phoa menjual hasil tani. Ia memiliki sebuah lumbung padi dan pabrik teh.
Bersama dua orang Tionghoa lainnya--Nio Hoey Oen dan Kian Hok Hoei--Phoa menjadi anggota dari sebuah Komite Keuangan beranggotakan 13 pejabat bentukan pemerintah Hindia Belanda pada 1914, yang bertugas menggalang dana untuk mendirikan sekolah tinggi teknik pertama di Hindia Belanda, Technische Hoogeschool te Bandoeng, yang merupakan cikal-bakal Institut Teknologi Bandung (ITB).
Phoa dianugerahi Knight in the Order of Orange-Nassau pada tahun 1937. Ia meninggal dunia di Batavia pada 19 Juli 1937 dan dimakamkan dengan prosesi megah di TPU Petamburan pada 25 Juli.